Ceritaku Bersama Buah Hati Bagian 4

Pemberitahuan panggilan video call di layar ponselku tergambar jelas. Ada 1 panggilan video call yang tak terjawab dari si sulung. Tanpa pikir panjang, akupun meneleponnya kembali.  “Mama jangan lupa belikan ya!” Itulah kalimat terakhir yang disampaikan si bungsu ketika menutup telepon dalam pembicaraan tadi.

Si bungsu yang tengah menduduki bangku TK ini rupanya senang dengan buku-buku seperti penjumlahan dan membaca punya abangnya dulu. Ia akan ikut nimbrung belajar juga jika abangnya sedang membuat PR. Apalagi jika aku yang menemani mereka belajar.

Akhir pekan sudah tiba. Saatnya mengunjungi mereka. Seperti biasa menempuh 5 jam perjalanan melintasi kota dan kabupaten memang menguras waktu dan tenaga. Ada 6 titik jalan lintas Sumatera menuju rumah keluarga tercinta yang sedang diperbaiki. Tapi tidak untuk kali ini. Perjalanan yang kutempuh berjalan aman dan lancar.

Tepat jam 19.30, aku sudah disambut oleh duo jagoan yang berkali-kali menanyai keberadaanku sewaktu diperjalanan tadi. Raut wajah kegembiraan terlihat jelas dari mereka. Si sulung yang tingginya mencapai bahuku segera merangkulku dan mengecup pipiku, sambil berkata ” Yee… Mama pulang”.
Sedangkan si bungsu langsung mangambil tas bawaanku menuju kamar.

“Mama, ada mama belikan pesanan Kenji? mana dia Ma? Si bungsu sudah tidak sabar lagi mendapatkan barang pesanannya. Kuperhatikan matanya dari tadi mencari-cari barang tersebut. Kugoda dia dengan candaan. “Yah, pesanan Kenji tinggal, lupa mama bawa.”

Raut wajah si bungsu sedikit berubah. Aku tidak tega melihatnya yang mulai berkaca-kaca. Akhirnya kukeluarkan barang itu dari dalam tas. Si bungsu kembali tersenyum sambil bersorak kegirangan. Ada buku-buku pelajaran, mainan robot, bus, puzzel.

***

Setelah berberes mengerjakan pekerjaan rumah, saatnya makan bersama duo jagoan. Si bungsu yang sudah dari tadi nyinyir menungguku bolak-balik bertanya “Sudah selesai mama jemur pakaiannya?” Ia tidak akan makan sebelum aku sendiri yang menyuapinya. Dengan bersabar si bungsu menungguku hingga pekerjaan selesai.

Menu sambal kali ini, ditemani ikan goreng nila dan sayur bayam. Si bungsu yang belum bisa makan pedas, menolak untuk di beri sambal goreng, sedangkan si sulung suka dengan makanan pedas. Terkadang si bungsu diledek oleh abangnya yang tidak kuat makan cabe…😂

Setelah selesai makan, sesuai kesepakatanku dengan si sulung akan mengulang pelajaran karena besok  dilaksanakan ujian tengah semester di sekolahnya. Kupersiapkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diujikan, kemudian si sulung menjawabnya.

Tiga puluh menit berlalu, sesi tanya jawab bersama si sulung sudah selesai. Waktunya aku bersama si bungsu membimbingnya belajar penjumlahan dan membaca. Si bungsu sangat antusias dengan buku-buku yang kubeli saat berada di tempat kerja.

Kuperhatikan mulutnya komat-kamit membaca perintah soal lalu mengitungnya menggunakan jari. Jika ada yang ragu, si bungsu akan balik bertanya dan meyakinkanku. Satu persatu soal-soal yang ada di buku itu, habis dilahapnya. Tangannya yang mungil menuliskan angka-angka yang masih belum rapi itu.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca. Buku penjumlahan dimasukkan ke dalam tas dan mengambil buku lancar dan pintar membaca. Meskipun baru belajar mengeja, semangat dari si bungsu yang membuat saya bangga. Ia belum berhenti mengeja, sebelum kata-kata yang ada di halaman buku itu habis.

***

Belakangan ini si sulung sangat suka dengan permainan badminton. Jika hari Sabtu tiba, dia akan bermain bulu tangkis bersama kawannya di lapangan yang tak jauh dari rumah. Ia paham betul bagaimana trik-trik dalam permainan ini karena diajari oleh teman dan om yang memiliki hobi yang sama.

Si sulung mulai beraksi dengan peralatan badmintonnya. Kali ini si sulung berduet dengan si papa. Beberapa kali kok terjatuh di tangan si sulung, sambil bermain si papa  mengajari si sulung trik dalam permainan ini. Tiba-tiba kok mendarat ke atap rumah tetangga. Akhirnya permainan berhenti sejenak.

Si sulung vs si papa

Sembari papa mengambil kok yang nyangkut, si sulung  mengajakku bermain badminton. Di luar sana udara tidak lagi bersahabat, angin berhembus kencang sehingga kok dengan mudah terbawa arus angin. Tapi dengan semangatnya itu, saya menemaninya bermain meskipun kok selalu meleng terbawa angin.

Ceritaku bersama buah hati bagian 4 telah rampung untuk dibagikan. Kulanjutkan dengan merangkai cerita berikutnya. Inilah kisahku, Mana kisahmu? Semoga menginspirasi…😇

More From Forest Beat

Tiga Tahun Sudah

Rasanya baru kemarinKetika kami malu-maluDatang di tempat ini Bertemu dengan kawan dan guru yang baruTujuan kami di sini hanya satu menggapai cita dan harapan berbudi...
Pendidikan
0
minutes

Misteri Hujan

Hujan membasahi bumi kota dolar pagi iniLangit mulai dipenuhi kawanan awan hitamRinai membasahi tubuh kecilkuBasah bercampur dingin menusuk ragakuGemuruh mulai terdengar samar-samarCahaya kilat itu...
Pendidikan
0
minutes

Membumikan Budaya Literasi Pada Peserta Didik

Bahasa Indonesia berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang mesti dilestarikan. Tidak hanya dikuasai tetapi juga harus dipraktikkan dengan...
Opini
6
minutes

6 Tips Jitu Mendidik Anak Tepat Waktu

"Bentar lagi Ma", jawab Ali dengan mata setengah terbuka. Ilustrasi sebuah kasus Anak siapa yang kasusnya sama dengan ilustrasi di atas jika dibangunkan di pagi hari...
Parenting
2
minutes
spot_imgspot_img