Sepasang Kaki yang Tak Pernah Lelah

Namaku Aruna, Aruna Dewira aku tinggal bersama ayah, ibu, dan kedua adikku. Namun karena masalah ekonomi, ayahku pergi merantau di kota yang cukup jauh karena hal itu aku pun tinggal di rumah bersama ibu dan kedua adikku. Umurku 17 tahun aku kelas 2 SMA terkadang mungkin anak seusia ku sedang asik asiknya bermain dan bersenang-senang dengan teman seusianya seperti belanja, menghabiskan waktu di cafe cafe dan masih banyak lainnya,tanpa memikirkan bahwa mereka akan menghabiskan uangnya. 


Namun berbeda dengan ku sepulang sekolah aku harus membantu ibuku untuk berjualan demi melanjutkan hidup,bukan lah keinginan ku,tapi apa dayanya itu sudah menjadi keharusan ku sebagai seorang anak untuk membantu ibuku. Sebenarnya aku cukup iri, namun keadaannya begini apa yang bisa aku perbuat.

Suatu hari ketika sewatu sepulang sekolah, aku merasa sangat lelah karena hari ini aktivitas di sekolahku cukup banyak dan juga aku harus mengikuti ekskul sampai jam 16.00. Seusai mengganti baju, akupun langsung merebahkan tubuhku di kasur. Entah mengapa hari ini terasa sangat lelah,batinnya tak berselang lama ketika ia masih tidur terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.

Tok tok tok! suara ketukan pintu itu rupanya adalah ibunya yang memanggil.
"Aruna, nak tolong bantu ibu sebentar..."ucap ibu,namun tiada balasan kata dari sang empu tersebut,ibu Aruna pun meminta izin untuk masuk ke kamarnya.

"Nak ini ibu,ibu masuk ya", ucap ibu Aruna. Aruna pun bangun dari tidurnya.

"Apa si buuuu?? Aruna cape baru pulang sekolah tadi", ucap Aruna dengan muka khas bangun tidurnya.

"Maaf kan ibu nak,ibu hanya ingin minta tolong ke Aruna,tolong ibu membeli garam ke warung nak,ibu mau jaga warung dulu biasanya jam segini rame", ucap ibu kepada Aruna.

"Duh Bu, Aruna tuh lagi cape pulang sekolah bukannya disuruh istirahat malah ibu suruh Aruna ke warung", ujar Aruna dengan kesal.

Ibunya pun ikut sedih mendengar perkataan Aruna,namun ia tetap tersenyum kepada anaknya dan berkata "maaf ya nak,tapi ibu minta tolong,kasian adik mu kalo nanti bangun tidur ingin makan", ujar sang ibu.

Aruna pun menghela nafas lalu mengambil uang dari ibu lalu bergegas pergi. Tak lama Aruna pulang dari warung dan menyiapkan makanan untuk adiknya.Namun tak berselang lama senja pun telah tiba. Aruna yang kini sedang bersantai di kamarnya dipanggil ibunya.

"Nak sini dulu,tolong antarin pesanan tetangga di depan rumah dulu dong nak,ibu masih bersih-bersih warung ini", pinta sang ibu.Aruna pun masih kesal karena merasa bahwa dirinya hanya disuruh suruh oleh ibunya. 

"Aruna tuh capek Bu, Aruna dari tadi ibu suruh terus! Aruna juga mau santai, main, belanja, makan enak, kaya temen-temen Aruna yang lain Bu, tapi Aruna maklumi itu semua, Aruna ngerti kalo kita orang gak punya Bu, tapi Aruna juga pengen santai sebentar. Kenapa ibu jadi bawel si?!!", ucap Aruna dengan membentak mengeluarkan unek- unek dalam hatinya.

Ibu pun menangis mendengar ucapan Aruna. Aku pun berlari keluar untuk menenangkan diri, aku sudah tak bisa menahan emosinya lagi tadi. Malam hari telah tiba, aku masih duduk di bangku taman yang tak jauh dari rumahnya. Aku pun memikirkan ucapannya tadi. Aku sadar bahwa akubersalah. Aku berniat untuk meminta maaf ke Ibu. Dalam hatiku merasa bersalah dan menyesal.

Aku berjalan seorang diri menuju rumah dengan langkah gesit. Aku mulai memasuki rumah. Aku mulai menelisik setiap rinci sudut rumah mencari Ibu. Namun aku tak mendapatkannya. Saat berjalan tak sengaja melewati kamar Ibu. Samar-samar mendengar iaakan tangis, Saat aku mengintip dari luar pintu, aku pun melihat Ibu yang sedang berdoa la baru selesai sholat. Ibunya berdoa sambil menangis.

"Ya Allah bukakan lah pintu rezeki untuk keluarga hamba ya Allah. Permudahkanlah urusan anak hamba Ya Allah angkatlah derajat hamba dan anak hamba", ucap Ibunya dengan air matanya. Akupun masih setia mendengarkan itu semua. Hatinya tersentuh dan merasa menyesal.

Dengan perasaanku yang sudah tak terkira Ini, marah kesal dan sedih dengan diriku sendiri. Air mata yang telah menetes ia segera berlari dan memeluk ibunya.

"Ibu... maafkan Aruna bu maafın Aruna udah bentak ibu tadi....", ia menangis tersedu sedu. Ibu maafın Aruna. Aruna janji gak bakal ulangin lagi bu", ucap Aruna. Ibunya pun tersenyum dan menjawab "gаk рара kok nak, Aruna gak salah malah harusnya Ibu yang minta maaf", ucap Ibu. 

"Maaf ya nak.Ibu belum bisa bahagiaın Aruna... Ibu belum bisa kasih apa yong Aruna mau seperti teman-teman Aruna ucap sang Ibu. 
"Gak papa ko bu... asal Ibu selalu support Aruna terus, itu udah cukup ko bu", balas Aruna. Aruna pun memeluk hangat ibunya dan mereka pu telah masuk dalam mimpinya masing masing.

"Hargai ibumu dia rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan anaknya"-Aruna

"Ibu mu rela bekerja keras untukmu, jadi jangan tinggikan gengsimu"-Aruna

Sebuah cerpen buah karya Diva Ajeng Cantika siswa MTsN Dharmasraya kelas IX.7. Penyuka warna biru, mempunyai hobi membaca novel dan menyanyi.
Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "Sepasang Kaki yang Tak Pernah Lelah"