Izinkan Aku Tidur Sebentar Saja


Alhamdulillah hari ini pembahasan kisi-kisi mata pelajaran bahasa Indonesia ujian madrasah sudah selesai kita bahas semoga dengan usaha dan doa, ananda ibu dapat mengerjakan ujiannya dengan nilai yang terbaik,” tutup Bu guru Rahma mengakhiri pembelajaran.
“Aamin, terima kasih Bu,” balas seisi kelas.

Begitulah suasana kelas siang ini pada jam terakhir. Kelas yang memaksa untuk tetap fokus dan bersabar menerima penjelasan kisi-kisi ujian madrasah oleh ibu Rahma ditengah terik matahari yang menyengat menembus ruangan kelas.

Senin depan kita ujian jangan lupa belajar ya. Kata-kata itu terus terngiang dipikiranku. Entah kali keberapa rangkaian kata itu ke luar dari mulut para guru yang tak bosan-bosannya mengingatkanku. Apalagi masih ada 2 tugas  sekolah yang mesti dikerjakan sebelum ujian nanti.

Hufftt…

“Izinkan aku tidur sebentar, menghilangkan rasa kantuk dan lelah setelah seharian beraktifitas di madrasah,” ucapku pada diri sendiri sambil mencoba memejamkan mata.

Kulirik jam dinding yang tergantung tepat di depan meja belajarku. Masih jam 16.00, aku bisa beristirahat sebentar. Dengan langkah setengah tertatih aku menuju tempat ternyamanku.

Kuberusaha memejamkan mata, tapi tak kunjung tertidur juga. Pikiranku dipenuhi oleh tugas-tugas yang akan dikumpulkan hari Sabtu nanti. Aku lebih sulit tidur siang karena tugas yang selalu terngiang di kepalaku. Sepertinya bukan tidur yang kubutuhkan saat ini.

Akhirnya aku menyerah. Memilih untuk segera mandi dan keramas yang mungkin membuat kantukku hilang. Rasa lapar meronggoti perutku. Kuambil satu bungkus mie instan di dalam lemari dan memasaknya.

Aku segera menghabiskan makananku, mencuci piring dan kembali ke meja belajar untuk melanjutkan mengerjakan tugas yang telah menanti. Kubuka lembaran soal yang terdapat pada buku pelajaran.

Sejam telah berlalu, satu tugasku telah selesai dikerjakan. Masih ada satu tugas lagi yang akan kubuat. Punggungku terasa penat berkutik dengan soal-soal matematika ini.

“Hufftt… melelahkan,” gumamku sebal.

Azan magrib telah berkumandang. Aku meninggalkan ruangan ternyaman ini untuk segera menunaikan kewajiban. Setelah selesai salat, aku melanjutkan untuk mengulang pelajaran.

Tumpukan buku-buku pelajaran telah menghiasi meja belajarku malam ini. Aku harus mulai dari awal. Kebiasaan terburukku adalah suka menunda-nunda tugas yang diberikan dan pada akhirnya aku menggunakan waktu yang tinggal 1 hari lagi.

Kucoba membuka kembali buku catatan hasil pembahasan soal yang diberikan oleh ibu Rahma siang tadi. Kelopak mataku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Satu persatu kalimat yang kubaca terangkai menjadi satu. Semua terasa berat dan memakasa mata ini terpejam.

Cahaya matahari menyelinap masuk ke dalam jendela kamarku. Silauan cahaya itu membangunkan. Aku tersentak ketika melihat jam dinding tepat berada di angka 7.

“Tidak…, aku terlambat!” teriakku memecahkan suasana kamar pagi itu.

Lima belas menit lagi ujian dimulai. Sementara aku masih berada di rumah. Bagaimana dengan ujian pertamaku. Ya Tuhan. Aku tertunduk di meja belajarku. Mencemaskan apakah aku bisa ujian susulan. Pikiranku kacau, air mataku mengalir deras di pipi.

Terdengar suara pintu kamarku terbuka. Ada yang mengusap-usap punggungku sambil membisikkan kata.

“Aira, bangun. Bagung sayang.”
Suara ibu membangunkanku. Aku terkejut dan langsung bangkit dari tempat tidur.

“Salat isya dulu nak,” ajak ibu.
“Aku terlambat bu, hari ini aku kan ujian,” dengan nada terisak-isak.
Masih setengah sadar, ibuku berusaha menenangkanku.

“Ini masih malam sayang, Aira mimpi buruk ya?” tanya ibu.

Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "Izinkan Aku Tidur Sebentar Saja"