Ujian Matematika vs Peserta Didik

Bel masuk ujian semester ganjil pada hari Jumat, 3 Desember 2021 telah dibunyikan. Saatnya peserta didik masuk ke ruang ujiannya masing-masing. Bu guru Ayu, masuk ke ruang VIII. Terlihat wajah-wajah kebebasan dari raut peserta didik. Masuk ke ruangan itu, sembari mengucapkan salam dan mempersilakan mereka berdoa.

“Siap untuk ujian matematika,” sapa bu Ayu.  
“Siap Bu,” peserta didik menjawab dengan suara yang tidak meyakinkan.

Sampul naskah soal matematika kelas IX pun dibuka. Di dalamnya terdapat lembar soal, lembar jawaban, daftar hadir dan berita acara. Bu guru Ayu membagikan lembar jawaban, soal, dan kertas buram kepada peserta didik. Dalam hitungan menit keadaan berubah seketika. Hiruk pikuk putih dongker diam tanpa kata.

Menghadapi ujian matematika yang menguras tenaga dan pikiran. Rumus-rumus matematika telah menari-nari di kepala mereka. Ada yang terlihat santai dan ada yang sedari tadi memperhatikan jam dinding yang mematung tepat berada di depan mereka.

Di sudut kanan dari pintu terlihat Randi dan Agus tengah garuk-garuk kepala setelah melihat sekilas soal matematika. Sedangkan Andi si siswa kinestetik mulai memutar-mutarkan pensilnya kemudian mencoret-coret kertas buramnya.

Di depan saya, duduk perempuan manis bernama Syifa. Ia dengan santainya mulai mengisi menghitamkan lembaran jawaban.

“Pastikan tidak ada yang mencontek dan dicontekkan. Masih ingatkan aturan yang disampaikan oleh bapak wakasiswa?” tegas bu Ayu.

Randi agak kaget mendengar penegasan dari bu Ayu. Belum satupun jawaban yang dihitamkan. Dalam benaknya, berharap teman akan memberikan jawaban kepadanya. Tapi jawaban tak kunjung datang, maka kembali ia memulai menyelesaikan soal matematika itu.

Semua peserta ujian tengah sibuk mencari jawaban dengan versi mereka masing-masing. Agus sedari tadi diperhatikan, menggambar karakter kartun kesayangannya sedangkan Agil menggambar tokoh idolanya.

Akankah ujian matematika dapat diselesaikan?