4 Makanan Jadul yang Dirindukan Saat Pulang Ke Kampung Halaman


Sebagai perempuan minang yang memilih hidup merantau, saya merindukan jajanan tradisional yang hendak dicicipi di saat pulang kampung. Sudah lama lidah ini tak merasakan lagi nikmatnya makanan-makanan tradisional yang jarang ditemui di saat merantau. Memori ini akan mengingat masa kecil dulu yang bisa setiap saat menikmati makanan itu. Bahkan almarhumah nenek sering membuat makanan ini.

Ketika akhir pekan tiba, saya meluangkan waktu satu hari penuh untuk pulang ke kampung tercinta. Meninggalkan aktivitas sejenak di perantauan. Berkunjung ke kampung. Itulah kegiatan rutin yang saya jalani sekali dalam sebulan sebagai pelepas penat dengan menempuh 6 jam perjalanan. Bertemu dengan adik, papa dan keluarga di kampung.

Pagi itu, seperti biasa saya berniat membeli udang dan ikan yang akan saya bawa ke perantauan di pasar dekat rumah. Pasar Banda Aia, Pasia Nan Tigo, Padang itu namanya. Terletak di perkampungan nelayan yang hanya berjarak 2,5 km dari rumah. Pasar ini berada di tepi pantai. Mulanya Pasar Banda Aia hanya sebagai tempat untuk menjual ikan hasil tangkapan nelayan. Seiring berjalannya waktu, pasar ini berkembang menjadi pasar kaget yang menjual kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Tujuan saya ke sana hanya untuk membeli ikan dan udang saja. Tetapi keberutungan sedang berpihak kepada saya, makanan yang sudah lama saya rindukan akhirnya bertemu juga. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Alhamdulillah…

Apa Makanan Jadul yang Baraguma Temui?

Putu Daun

Memasuki pasar yang padat pengunjungnya karena hari ini hari Minggu. Diantara  lapak penjual barang harian dan sayur ada bapak dan ibu yang sedang menjajakan jualannya. Mata saya langsung tertuju pada bungkusan panjang dibalut dengan daun pisang. Ya, makanan itu bernama putu daun.

Sewaktu berumur 7 tahun, almarhumah mama selalu membawakan makanan ini sebagai buah tangan dari pasar. Makanan yang terbuat dari tepung beras, parutan kelapa yang masih muda ditambah dengan gula dan potongan daun pandan kemudian dikukus. Setelah matang, putu yang sudah jadi dibungkus dengan daun. Ini yang membedakanya dengan putu ayu. Putu ini akan lebih nikmat lagi jika dimakan selagi hangat .

Lapek Nagosari

Terbuat dari tepung beras yang di dalamnya diisi dengan potongan pisang. Nagosari bertekstur kenyal seperti agar-agar. Rasanya yang tidak terlalu manis cocok bagi saya yang sedang mengurangi konsumsi gula.

Masih ditempat yang sama, lapek nagosari turut menambah akan rindu saya untuk segera menikmati jajanan basah ini. Lapek yang dibungkus daun pisang dengan porsi yang lebih banyak, menambah daftar jajanan pagi itu.

Kacumuih

Makanan inilah yang sering dibuat oleh almarhumah nenek buat cucu tercinta. Berbahan dasar singkong yang diparut menggunakan pemarut khusus. Ditambahkan garam, kemudian dikukus. Kuahnya terbuat dari santan dan gula aren yang dimasak bersamaan.

Jika kuah sudah matang, lalu dinginkan. Sirami kacumuih tadi dengan kuah yang telah dingin. Perpaduan rasa singkong rebus yang sirami dengan kuah yang manis, cocok dimakan sebagai camilan di sore hari.

Kue Talam Ubi

Setelah puas membeli ikan dan udang, di tengah-tengah pasar itu, ada lapak kecil yang berjualan kue talam. Makanan basah yang berbahan dasar singkong ini turut ikut masuk ke kantong belanjaan saya. Makanan ini membawa saya pada 12 tahun nan silam. Ketika almarhum mama dan nenek membuat kue talam ubi ini.

Beliau sering menanam singkong di belakang rumah. Ketika waktunya panen, berbagai makanan yang terbuat dari singkong diracik oleh nenek. Mulai dari keripik singkong pedas, singkong goreng, lapek ubi, tapai, kacumuih, dan kue talam. Dan saya sering membantu beliau meracik adonan makanan ini.

Singkong yang sudah dicuci kemudian diparut menggunakan parutan yang halus. Tambahkan gula merah cair ke dalam parutan singkong tadi, aduk hingga tercampur rata. Setelah itu, tuangkan adonan ke dalam loyang. Kukus hingga matang. Sambil menunggu adonan matang, siapkan santan yang telah ditambahi sedikit garam. Ketika adonan mulai matang, tambahkan santan di atas adonan tadi, lalu kukus kembali. Kue talam siap untuk disantap.

Itulah 4 jenis makanan jadul yang jarang atau bahkan tidak dapat saya temui di perantauan. Makanan ini penuh dengan kenangan ketika saya mencicipinya di kampung halaman. Bahkan saya rela berburu makanan ini untuk mendapatkan citasaranya kembali. Kalau dunsanak perantau minang, makanan apa yang dirindukan saat pulang ke kampung halaman?

Foto dokumentasi pribadi Baraguma

Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "4 Makanan Jadul yang Dirindukan Saat Pulang Ke Kampung Halaman"