Hujan dan Rindu

Awan hitam kelam berarak. Tampak gabak di hulu. Langit seakan rubuh mendengar bunyi petir bersahut-sahutan. Ditambah nyanyian mantra katak yang congkak memanggil hujan bertuah. Lihatlah nyiur melambai-lambai memanggil angin untuk segera berhenti bergerak. Alam memberontak menyuruh untuk diam sejenak. Titik air itu jatuh pelan-pelan dan semakin deras. Gadis kecil menari dan meloncat kegirangan di bawah kucuran hujan. Tertawa riang menikmati rintihan hujan membasahi sekujur tubuhnya. Untuk kesekian kali aku mengamatinya dari jendela bilik kamarku.


Lagi-lagi hujan masih setia di luar sana. Aku hanya bisa melampiaskan dari dalam ini. Tempat ternyamanku saat ini. Derasnya hujan terdengar jelas di telingaku. Kusibakkan tirai yang menutupi indahnya hujan kala itu. Tetesan embun mulai menebal pada kaca jendela kamarku. Mataku tertuju pada gadis yang tengah bermain hujan menggunakan baju berwarna merah muda sambil membawa boneka panda. Tak banyak yang dilakukannya kali ini. Duduk di bangku taman bersama boneka kesayangannya. Dan pasrah melewati sensasi hujan yang kian deras. Lalu tiba-tiba gadis itu menghilang entah ke mana.

Kini gadis itu mulai lenyap dari pandanganku. Ditutupi kabut yang menyelimuti langit perlahan dan mulai menebal. Hujan deras telah berubah menjadi rinai-rinai kecil yang membasuh lukaku. Dia hanyalah aku yang rindu akan hujan. Aku yang akan menjadi tulang-belulang dengan penyakit kanker menyelimutiku. Dua atau tiga bulan mendatang.

Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "Hujan dan Rindu"