Benarkah Tes Swab Itu Sakit?


Salah satu syarat akan dibuka pembelajaran tatap muka di dunia pendidikan adalah melakukan tes swab. Tes swab dilaksanakan dengan tujuan mengetahui positif atau negatifnya seseorang terhadap virus corona.

Di madrasah tempat saya mengajar, pelaksanaan tes swab dilakukan pada hari senin, 7 September 2020. Seluruh keluarga besar madrasah ikut terlibat tanpa terkecuali.

Ada sekitar 70-an anggota madrasah yang terlibat dalam tes swab ini. Ditambah dengan sopir angkutan madrasah dan mahasiswa PL.

Jadwal tes swab dimulai pada jam 8.30 di depan kantor wali nagari Koto Baru. Kami datang ke sana disambut dengan mengisi serangkaian administrasi yang mesti dilengkapi dengan menunjukkan foto kopi KK sebagai syaratnya.

Petugas administrasi memanggil satu persatu nama yang telah mendaftar dan menanyakan sejumlah pertanyaan. Setelah selesai ditanya, barulah nama-nama yang sudah mendaftar tersebut mangantri untuk diambil sampel lendirnya.

Jika ditanya satu persatu perasaan teman-teman yang akan tes swab pasti dengan jawaban yang sama yaitu, takut. Termasuk saya di dalamnya. Mendengar cerita dari teman-teman yang sudah mengikuti tes swab, mereka mengatakan geli, perih, seperti tersedak makanan bahkan rasa tertusuk.

Berbagai macam pendeskripsian mereka setelah benda aneh itu masuk ke dalam rongga hidung dan tenggorokan seakan menakut-nakuti kami yang mendengarnya. Perasaan takut menghantui. Membayangkan betapa perihnya tes tersebut.

Saya mendapat urutan antrian dengan nomor 35. Rasa takut dan khawatir saya lepaskan di tempat ini dan menyerahkan semuanya pada Allah.

Petugas puskesmas berpakaian lengkap dengan APD sudah memasuki sebuah bilik yang telah disekat. Hal ini menambah ketakutan dan kegelisahan bagi kami yang akan menjalani tes tersebut.

Perempuan mungil yang duduk di sebelah saya mulai memucat, tangannya kembali dingin melihat petugas tersebut. Ada yang sudah 2 kali bolak-bolik ke kamar mandi.

Saya berusaha menenangkan teman tersebut dengan mengatakan dibawa santai saja. Meskipun hati saya juga berkata tidak.

Ibu kepala madrasah menjadi orang pertama yang diambil sampel lendirnya. Hanya butuh waktu kurang lebih dari 5 menit, sudah terpancar raut kelegaan di wajah pimpinan kami.

Beliau bercerita tidak terasa apa-apa. Hanya geli saja. Pernyataan beliau menenangkan kami. Beliau memotivasi kami untuk tetap santai dan tenang.

Berbagai ekspresi terpancar dari teman-teman yang telah melaksanakan tes swab. Tersenyum, tertawa, biasa saja bahkan mengeluarkan air mata.

Tibalah pada giliran saya. Nama saya dipanggil dan duduk pada kursi yang telah disediakan. Saya berusaha untuk tenang dan tidak lupa berdoa.

Petugas tersebut memberikan aba-aba lewat bilik yang sudah disekat dinding plastik. Sampel lendir pertama yang diambil adalah tenggorokan. Alat seperti stik es krim yang terbuat dari kayu dan kapas pentul (cotton bud) masuk ke tenggorokan.

Hanya hitungan detik, tangan petugas dengan lihai mengaduk-aduk cairan yang ada ditenggorokan. Dalam sekejam dua benda asing itu sudah berada di luar. Dan ternyata ini tidak sakit.

Kemudian lanjut pengambilan sampel yang kedua, yaitu pada rongga hidung. Petugas tersebut kembali memberikan aba-aba untuk tetap tenang dan bernapas melalui mulut. Mulut sedikit dibuka dan jangan berikan perlawanan.

Lagi-lagi dengan sigapnya petugas itu memasukkan kapas pentul melalui rongga hidung sebelah kiri. Benda tersebut masuk hingga melewati tenggorokan dengan sedikit memutarnya. Kemudian bagian ujung benda tersebut dipotong dan dimasukkan pada sebuah tabung yang sudah diberi nama.

Tabung-tabung dari sampel lendir itulah yang akan dibawa ke labor untuk diuji keabsahannya. Butuh waktu seminggu atau lebih untuk mendapatkan hasil dari tes tersebut. Positif atau negatif hasilnya nanti.

Jika ditanya seperti apa rasanya, saya akan menjawab enak, tidak merasakan sakit sedikitpun. Begitupun tanggapan dari rekan kerja yang lain. Ada yang mengatakan sakit karena ia tegang dan menahannya.

Lagi-lagi perasaan khawatir bergelut dengan takut menghantui saya menunggu hasilnya tiba. Apapun itu hasilnya, semoga kita semua terhindar dari penyakit virus covid-19 ini. Aamiin.

Fide Baraguma
Fide Baraguma Ibu dari dua jagoan hebat yang mengabdi diperbatasan Sumatera Barat dan Jambi

Posting Komentar untuk "Benarkah Tes Swab Itu Sakit?"