Merancang Pembelajaran Dalam Tatanan Baru
Mengadakan acara workshop di tengah pandemi ini adalah suatu hal yang luar biasa. Acara ini dimulai pada hari Senin tanggal 27 Juli 2020 dan berakhir hari Rabu, 29 Juli 2020. Kegiatan ini mematuhi protokoler kesehatan. Para peserta workshop sangat antusias menyambutnya.
Judul workshop kali ini adalah pembuatan dan penyusunan RPP. Dengan adanya kegiatan ini nantinya diharapkan guru dapat melahirkan sebuah RRP Daring atau Luring. Sebagai seorang guru, kita dituntut mampu merancang rencana pembelajaran new normal disaat situasi darurat covid-19.
Acara lokakarya ini menghadirkan narasumber yang berasal dari BDK (Balai Diklat Keagamaan) Padang yaitu Ibu Agusrida, M.Pd. Beliau merupakan widyaiswara BDK Padang yang sudah memiliki jam terbang. Siapa yang tak kenal dengan widyaiswara yang satu ini. Nama beliau sudah tidak asing lagi terdengar. Beruntung madrasah saya dapat mengundang beliau menjadi pemateri pada workshop tersebut.
Beliau memaparkan kepada kami, bahwa ada beberapa konsep yang harus diubah dalam merencanakan pembelajaran new normal. Apa saja konsepnya, simak paparannya berikut ini!
Mendudukkan Konsep Daring dan Luring
Istilah daring dan luring sebenarnya sudah ada sebelum pandemi covid-19. Semenjak covid-19 menjadi raja dalam dunia pendidikan, kata daring dan luring menjadi viral. Agar tidak gagal paham dalam memaknainya, mari kita dudukkan konsepnya.
Daring
Daring merupakan akronim atau singkatan dalam jaringan sebagai pengganti kata online yang sering digunakan. Daring mempunyai makna tersambung ke dalam jaringan internet.
Pembelajaran daring
Pembelajaran daring dilakukan dengan menghubungkan aplikasi ke internet. Apakah itu WA grup, google classroom, google drive, video zoom, blog dan berbagai aplikasi lainnya untuk memudahkan peserta didik terhubung ke internet.
Ciri-ciri pembelajaran daring
Pembelajaran daring adalah pembelajaran tanpa melakukan tatap muka tetapi melaui platform yang tersedia. Segala bentu pembelajaran dilakukan secara online. Baik komunikasi dan tes.
Luring
Luring merupakan akronim atau singkatan luar jaringan sebagai pengganti kata offline.
Pembelajaran Luring
Pembelajaran luring dilakukan tanpa dihubungkan dengan jaringan internet. Bertemu secara langsung dengan peserta didik dan memberikan tugas secara langsung dengan peserta didik.
Jadi konsep daring dan luring sebenarnya sudah jelas. Jika daring terhubung dengan internet dan luring tidak menggunakan koneksi internet. Tapi beberapa masalah ditemui dilapangan. Mereka bilang memakai sistem daring, sebenarnya pembelajaran yang digunakannya adalah campuran dari keduanya yang disebut dengan kombinasi daring dan luring. Itulah sebabnya pemahaman terhadap sistem pembelajaran daring dan luring perlu diluruskan agar tidak salah kaprah dalam menyusun RPP.
Jika suatu sekolah/madrasah telah menentukan pembelajaran daring atau luring, maka kita sebagai guru akan mudah merumuskan rancangan dalam menyusun perangkat pembelajaran.
Menyikapi SE Tentang Belajar Dari Rumah (BDR)
Berdasarkan surat edaran No 15 tahun 2020 tentang pedoman belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran virus desease (covid-19), menyatakan bahwa ada tujuh prinsip belajar dari rumah atau dikenal dengan BDR.
Prinsip Pelaksanaan Belajar Dari Rumah
- Keselamatan dan kesehatan lahir batin peserta didik, pendidik, kepala satuan pendidikan dan seluruh warga satuan pendidikan menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan BDR.
- Kegiatan BDR dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum.
- BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup (mengenai pandemi COVID-19)
- Materi pembelajaran bersifat inklusif sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan, konteks budaya, karakter dan jenis kekhususan peserta didik.
- Aktivitas dan penugasan selama BDR dapat bervariasi antar daerah, satuan pendidikan dan peserta didik sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses terhadap fasilitas BDR.
- Hasil belajar peserta didik selama BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.
- Mengedepankan pola interaksi dan komunikasi yang positif antara guru dengan orang tua/wali.
Metode dan media pembelajaran jarak jauh (PJJ)
BDR dilaksanakan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dibagi ke dalam 2 pendekatan:
Metode pembelajaran jarak jauh (PJJ)
- pembelajaran jarak jauh luar jaringan (luring)
- pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring)
Dalam pelaksanaan PJJ, satuan pendidikan dapat memilih pendekatan (daring atau luring atau kombinasi keduanya) sesuai dengan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana.
Media dan sumber belajar pembelajaran jarak jauh (PJJ)
Media dan sumber belajar pembelajaran jarak jauh Daring
Pembelajaran di rumah secara daring dapat menggunakan gawai maupun laptop melalui beberapa portal dan aplikasi pembelajaran daring.
Media dan sumber belajar pembelajaran jarak jauh Luring
Pembelajaran di rumah secara luring dalam masa BDR dapat dilaksanakan melalui:
a. televisi, contohnya Program Belajar dari Rumah melalui TVRI;
b. radio;
c. modul belajar mandiri dan lembar kerja;
d. bahan ajar cetak; dan
e. alat peraga dan media belajar dari benda dan lingkungan sekitar
Nah, dari ketujuh prinsip, metode dan media tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan BDR lebih mengedepankan pembelajaran yang bersifat kualitatif sebagai pola interaksi dan komunikasi guru dengan peserta didik.
Ibu Agusrida selaku narasumber menegaskan bahwa hasil akhir yang diharapkan dari pembelajaran dari rumah ini tidak berakhir pada nilai/skor kuantitatif. Peserta didik tidak dibebani dengan tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum, tetapi lebih difokuskan pada apa yang diinginkan oleh peserta didik. Buat pembelajaran di rumah dengan menyenangkan. Ajak peserta didik terlibat dengan kondisi alam yang sedang dialami. Tidak muluk dengan melimpahkan teori-teori semata.
Misalnya mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi teks observasi. Ajaklah peserta didik untuk mengamati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Mintalah peserta didik untuk menceritakan peristiwa yang diamatinya melalui pesan suara/video. Berikanlah umpan balik terhadap tugas yang telah diberikan. Kemudian dari cerita peserta didik tadi, mintalah peserta didik untuk menganalisis isi cerita berdasarkan struktur teks observasi. Dengan meminta peserta didik untuk bercerita, disinilah tugas guru untuk menilai sikap, sosial, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Dari penjelasan narasumber tersebut jelas bahwa intisari dari pembelajaran dari rumah, peserta tidak dibebankan dengan materi-materi tetapi lebih ditekankan kepada kondisi peserta didik dalam menyikapi masa pandemi dengan mengajak atau melihat keadaaan di luar. Sehingga tujuan dari pembelajaran yang dituangkan di dalam RPP akan terwujud. Peran orangtua sangat diharapkan dalam pembelajaran dari rumah ini. Nanti pada akhirnya, penilaian dalam rapor berupa pendeskripsian dan tidak lagi menggunakan nilai atau skor.
Menuangkan pembelajaran pada RPP
Setelah kita memahami konsep pembelajaran dengan kurikulum darurat, maka langkah selanjutnya adalah merancang pembuatan pembelajaran atau RPP. Pada masa normal, juknis pembuatan RPP merujuk pada SK Dirjen Pendis No 5164 tahun 2018. Dimana ada 7 poin yang harus dicantumkan dalam RRP tersebut yaitu KI dan KD, Indikator pembelajaran, materi pembelajaran, sumber pembelajaran, media dan metode, kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
Nah, pada masa new normal rancangan RPP dikerucutkan menjadi 3 bagian yang dikenal dengan RPP 1 lembar atau RPP sederhana. Pembuatannya ini merujuk pada SE kemdikbud NO. 14/2019. Tiga bagian itu adalah tujuan, kegiatan pembelajaran, dan penilaian.
Prinsip penyusunan RPP ini tidak terlepas dari komponen yang sudah ditentukan dalam merancang perencanaan pembelajaran. Guru boleh memodifikasi RPP tersebut asal tidak mengurangi komponen utamanya. Model RPP boleh berbentuk uraian, bagan, peta konsep dan bentuk lainnya yang sederhana namun tidak melepaskan muatan pokok yang dijalankan oleh peserta didik.
Dalam merancang RPP sederhana ada tiga poin utama yang wajib ada dalam RPP tersebut.
Tujuan
Kompetensi apa yang harus dikuasai oleh peserta didik. Ini merujuk pada KI dan KD yang sudah tertuang pada silabus.
Kegiatan pembelajaran
Bagaimana cara guru untuk mencapai tujuan tersebut. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan. Ada kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Semua itu bersumber pada ciri pembelajaran pada abad 21 yaitu PPK, literasi, 4C dan HOTS.
Penilaian
Bagaimana cara mengetahui pencapaiannya. Apa penilaian yang kita lakukan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian ini tidak terlepas dari 4 aspek kompetensi inti yaitu sikap, sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan arahan dan paparan dari narasumber, guru dapat melahirkan sebuah rancangan pelaksanaan pembelajaran daring. Dengan menyimak dan mempraktikkan secara langsung ulasan dari pemateri, saya dapat menciptakan sebuah RPP daring.
Selama proses belajar dengan ibu Agusrida, ada pesan khusus yang diciptakan oleh beliau kepada kami. Pesan ini yang membawa beliau diundang ke istana negara untuk bertemu dengan bapak presiden. Pesannya adalah 3 H. Hati, berHati-hati dan sepenuh Hati. Seorang guru harus mengajar dengan keikhlasan agar ilmunya berkah. Berhati-hatilah dalam mengajarkan ilmu pada peserta didik dan mengajarlah dengan sepenuh hati. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan oleh pemateri menjadi ilmu yang bermanfaat dan berkah bagi kami khususnya guru. Dan ilmu yang saya dapatkan dari pelatihan ini bermanfaat bagi pembaca.😊
Posting Komentar untuk "Merancang Pembelajaran Dalam Tatanan Baru"
Posting Komentar