Pelajar Dalam Genggaman Media Sosial
Kemajuan informasi dan teknologi dari hari ke hari pada zaman sekarang semakin menantang. Mengingat begitu pentingnya penggunaan teknologi dan informasi bagi masyarakat. Internet merupakan jaringan komunikasi tercanggih abad ini. Siapa pun dapat mengaksesnya tanpa batasan usia dan penggunanya.
Media sosial terbesar saat ini adalah Facebook, You-Tube, WhatsApp, Instagram dan TikTok. Mereka berlomba-lomba menghadirkan konten-konten yang menarik perhatian penggunanya. Media sosial selalu mengajak siapa saja dapat berpartisipasi berbagi informasi dalam waktu yang cepat dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Apalagi pada masa pandemi ini. Pembelajaran WFH menjadikan aplikasi WhatsApp paling trending bagi pemakainya.
Di tengah dunia yang serba digital ini, wajar saja bila seseorang menghabiskan waktunya kurang lebih dari 3 jam hanya untuk bermedia sosial. Bagaimana tidak, mayoritas milenial dan Gen-Z langsung membuka gawai begitu bangun tidur.
Salah satu dampak adanya media sosial saat ini adalah bagi pelajar. Media sosial bagi para pelajar merupakan hal penting. Tidak hanya sebagai tempat memperoleh informasi yang menarik tetapi juga sudah menjadi lifestyle atau gaya hidup. Pelajar dalam interaksi sesamanya bila tidak menggunakan media sosial dianggap jadul bahkan dikucilkan dari teman-temannya.
Ketersediaan teknologi tentu menimbulkan dampak positif namun juga memberikan dampak negatif kepada pengguna terutama bagi pelajar. Media sosial menimbulkan budaya baru dalam mengolah pola pikir bahkan seseorang menjadi ketergantungan terhadap media sosial.
Pengaruh media sosial bagi pelajar melalui gadged serta konten yang canggih menjadi sulit untuk dipisahkan. Alat komunikasi saat ini tidak hanya melalui suara tetapi sudah dapat mengirimkan gambar, file, lagu, video dan pesan melalui aplikasi yang sangat digemari oleh kalangan pelajar.
Untuk menikmati layanan media sosial, mereka rela tidak jajan asal dapat bermain gadged dan memposting kelakuannya pada media sosial. Tak heran jika penikmat media sosial ini rela duduk berjam-jam di warung, kantin, dan kafe yang berada di lingkungan sekolah. Hanya dengan merogoh kocek dua ribu rupiah saja, mereka sudah dapat menikmatinya selama satu jam.
Tindakan lingkungan yang tidak aman ini sudah meresahkan pihak sekolah. Pihak sekolah mencoba bermusyawarah dengan para tetua di lingkungan itu untuk mengantisipasi maraknya jaringan wifi yang dipasang di lingkungan sekolah. Tapi apalah daya. Lingkungan sekitar yang sudah membuat semuanya menjadi tidak wajar hanya karena mendapatkan keuntungan dari sewa layanan wifi yang di dapat dari siswa.
Jika sudah seperti ini, lantas siapa yang akan disalahkan?
Di sini kita tidak menyalahkan siapa-siapa. Peraturan yang telah dibuat tetap ditegakkan. Jika siswa tersebut kedapatan membawa smartpone ke sekolah, akan berurusan dengan pihak sekolah. Mereka dihadapkan dengan orang tuanya untuk memberi keterangan dan kejelasan atas perbuatan yang telah dilakukannya. Apalagi isi hp siswa tersebut di luar batas seorang pelajar.
Kesimpulan:
Kebijakan yang dibuat tetap berada pada koridornya.. Penyalahgunaan medial sosial itulah yang menjadikan hal tersebut bumerang dalam kehidupannya khususnya remaja. Namun bagaimanapun juga, media sosial tetap saja memiliki dampak positif dan negatifnya, tergantung bagaimana kita selaku pelajar memaknai penggunaan media sosial tersebut. Di sinilah peran orang tua dan para guru di sekolah sangat diharapkan membantu mereka membatasi diri untuk bijak bersosial media.
Posting Komentar untuk "Pelajar Dalam Genggaman Media Sosial"
Posting Komentar