Menjemput Rindu yang Tertunda
Lagi dan lagi. Kalimat itu kian terngiang di telingaku. Merasa bersalah menghantui pikiranku pada anak yang baru beranjak memasuki umur 8 tahun. “Mama kapan pulang?” Pertanyaan yang sama tertulis jelas pada beranda chat wa ku. Pertanyaan itu bagaikan buah simalakama. Berjanji akan pulang pada minggu pekan yang lalu, tetapi tiba-tiba dihadapkan pada tugas yang mesti harus diselesaikan. Sungguh dihadapkan pada dua pilihan yang harus dilakoni.
Memilih mendahulukan kepentingan loyalitas kerja daripada kepentingan pribadi. Ya. Itulah hidup. Ketika kita dihadapkan pada dua pilihan. Memilih satu diantara pilihan tersebut dan siap menerima segala risikonya. Terkadang anak menjadi hal nomor dua setelah pekerjaan yang kita geluti selesai. Tak dapat dipungkiri dan harus dijalani. Urusan anak kandung terbelakangi karena perintah abdi negara. Jika pekerjaan itu dilakukan dengan hati yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan mendatangkan amal pahala bagi kita kelak. Amin.
Hingga pada saatnya tiba. Segala rencana sudah diatur hanya waktu yang dapat berbicara. Hati ini tak terbendung lagi melepaskan rindu untuk bertemu dengan keluarga kecilku. Mobil travel jemputanku telah tiba. Itu tandanya cerita ini dimulai. Tak tanggung-tanggung, si sulung yang sudah tidak sabar ingin memelukku terus menelepon menanyai keberadaanku. Perjalanan kali ini diwarnai rengekan manja si bungsu agar aku cepat sampai di rumah. Menikmati perjalanan siang menuju petang hingga senja menyambut malam. Aku masih mengejar rindu itu.
Posting Komentar untuk "Menjemput Rindu yang Tertunda"
Posting Komentar